Kamis, 15 Agustus 2013

Belajar Dari Mutiah, Sang Wanita Pertama Yang Masuk Surga

Suatu hari, Fatimah Az Zahra ra bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wanita pertama yang akan memasuki surga. Rasulullah bersabda: “Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui perempuan pertama masuk surga, selain Ummul Mukminin, dia adalah Ummu Mutiah.”

Jawaban itu membuat Fatimah terkejut. Ternyata bukan dirinya wanita yang masuk surga pertama kali. Padahal Fatimah adalah putri Rasulullah, dan telah menjalankan ibadah dengan baik.
Dari sana, timbullah rasa penasaran dan keingintahuan yang kuat di dalam diri Fatimah untuk lebih mengenal sosok wanita mulia tersebut. Fatimah pun mulai mencari keberadaan beliau di pinggiran kota Madinah. Fatimah ingin menyaksikan sendiri amalan dan ibadah apa yang dilakukan Mutiah.
Setelah mendapatkan ijin dari suaminya Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahra pergi ke rumah Mutiah dengan mengajak Hasan, putra laki-lakinya yang masih kecil. Sesampainya di rumah tersebut, Fatimah segera mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Mengetahui bahwa putri Rasulullah SAW datang berkunjung, dengan segera Mutiah membuka pintu rumahnya. Namun ketika Mutiah melihat Fatimah membawa Hasan, Mutiah kemudian kembali menutup pintu rumahnya. Fatimah heran dengan sikap Mutiah tersebut. Fatimah lalu bertanya dari balik pintu tentang sebab Mutiah melakukan hal itu.

Mutiah menjawab bahwa Rasulullah SAW mengajarkan untuk tidak membolehkan seorang istri memasukkan laki-laki ke rumahnya, ketika suaminya tidak ada di rumah dan atau tanpa ijin suaminya. Dan Hasan adalah seorang laki- laki, walaupun dia masih kecil. Selain itu Mutiah juga belum meminta ijin kepada suaminya.
Akhirnya Mutiah meminta Fatimah untuk kembali keesokan harinya, setelah Mutiah meminta ijin terlebih dahulu kepada suaminya.

Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini. Namun, Fatimah tidak bisa menolak, karena argumentasi Mutiah memanglah seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Setelah mengucapkan salam ia bersama Hasan meninggalkan kediaman Mutiah.


Pada hari berikutnya Fatimah kembali mengunjungi rumah Mutiah. Kali ini bukan hanya Hasan yang ikut, Husein pun juga ingin ikut bersama ibunya.


Ketika mereka bertiga telah sampai didepan rumah Mutiah, kejadian dihari pertama terulang kembali. Mutiah meminta maaf seraya mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, dan Mutiah belum meminta ijin suami untuk membawa Husein masuk ke rumahnya.


Semakin takjub hati Fatimah memikirkan, bahwa begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. Selain itu beliau juga sangat tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya. Fatimahpun akhirnya kembali pulang bersama Hasan dan Husein. Namun sebelumnya ia berjanji untuk datang lagi keesokan harinya.


Pada hari yang ketiga, Fatimah bersama kedua anaknya datang kembali ke rumah Mutiah. Akhirnya, dihari itu mereka bertiga diijinkan masuk ke rumah, karena kehadiran Hasan dan Husein telah mendapat izin dari suami Mutiah. Fatimah pun bersemangat ingin segera mengetahui, ibadah, amalan, dan muamalah apa saja yang dilakukan perempuan pertama masuk surga ini.


Setelah memasuki rumah, Fatimah mendapati ternyata rumah Mutiah sangatlah sederhana.Tak ada perabotan mewah disana. Namun, seisi rumah tertata rapi dan bersih, sampai- sampai Hasan dan Husein pun merasa betah bermain di dalam rumah itu.


Fatimah juga tidak menemukan sesuatu istimewa yang dilakukan Mutiah. Mutiah hanya kelihatan sibuk mondar-mandir dari dapur ke ruang tamu karena harus menyiapkan makanan siang untuk suaminya. dan Mutiahpun meminta maaf kepada Fatimah untuk itu, karenanya tidak bisa menemani Fatimah mengobrol.


Fatimah kemudian melihat Mutiah meletakkan makanan di sebuah wadah, dan tak lupa, Mutiah juga mengikut sertakan sebuah cambuk. Fatimah yang merasa penasaran dengan hal itu, kemudian memberanikan diri bertanya, "Untuk apa cambuk itu?”.


Mutiah menjelaskan, bahwa jika suami Mutiah merasa masakannya tidak enak, dia ridha untuk menyerahkan cambuk itu kepada suaminya untuk dipukulkan ke punggungnya.


Mendengar hal itu, Fatimah kemudian bertanya kembali, “Apakah itu kehendak suamimu?”. Mutiah pun menjawab, "Bukan. Semua ini kulakukan karena keinginanku sendiri, agar jangan sampai aku menjadi istri durhaka kepada suamiku. Aku hanya mencari keridhaan dari suami, karena istri yang baik adalah istri yang patuh pada suami yang baik dan suami ridha kepada istrinya”

Mendegar penjelasan itu, Fatimah menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia meminta diri, pamit pulang.

"pantas kalau Mutiah kelak menjadi seorang perempuan yang pertama kali masuk surga,"Fatimah dalam hati, di tengah perjalannya pulang, "Dia sangat berbakti kepada suami dengan tulus. Perilaku kesetiaan semacam itu bukanlah lambang perbudakan wanita oleh kaum lelaki. Tapi, merupakan cermin bagi citra ketulusan dan pengorbanan kaum wanita yang harus dihargai dengan perilaku yang sama.

Dari jawaban Mutiah tersebut, akhirnya Fatimah mengetahui alasan mengapa Rasulullah mengatakan jika Mutiah adalah perempuan yang diperkenankan masuk surga pertama kali. Surga memang menjadi tempat yang pantas dan imbalan yang setimpal bagi para istri yang dengan tulus melayani suaminya, seperti yang telah dilakukan oleh Mutiah.


Jumat, 24 Mei 2013

Harian Jogja 19 Mei 2013


Terimakasih harian Jogja atas liputannya tentang Jogja Movie Corner pada rubrik Komunitas. Semoga Jogja Movie Corner bisa terus berjalan dan semakin banyak yang bergabung dan saling support.

Campus Magz Edisi Mei 2013




Terimakasih Campus Magz atas ulasan tentang Jogja Movie Corner. Semoga kedepannya Jogja Movie Corner bisa berjalan sesuai apa yang di cita-citakan dan karya yang dihasilkan dapat menginspirasi.

Selasa, 09 April 2013

Konsep


Dari catatan  2 tahun yang lalu..


Belajarlah berprinsip!!!
maka kamu akan hidup, 
bukan dengan apa yang kamu miliki
tetapi hidup, 
dengan apa yang kamu perjuangkan




Canbera, 30 November 2010

Senin, 08 April 2013

Catatan Sarasehan Jogja Movie Corner 5 April 2013


Sarasehan film yang diadakan pada hari Jum'at. tanggal 5 April 2013 oleh Jogja Movie Corner, di ARTFILMSCHOOL INDONESIA, Jl. Kaliurang km 6,7 yk. Dihadiri dan diikuti oleh 82 orang  dari beberapa kine dan film makers seperti: ISI,  UNPAD, PABRIK FILM, MOV FILMS, UII, SALATIGA, AKINDO, MMTC, KOMA, UAD, AMIKOM, WARNA MEDIA, UMBY, UGM, AFIS, KA\MPUNG BADONG, CAMPUSMAGZ, UNY, OPACITY, INDIE MOVIE, SMK N 2 DEPOK, SMP N 2 DEPOK, ADUY, SANGGAR CANTRIK, SEWON, SORGORI DOC. & ARCHIVE, AKINDO, STUNT FIGHTER COMUITY, SORGORI, . Sarasehan kali ini bertema "Setelah Film Jadi, Mau Diapakan??". Acara sarasehan dibuka pada pukul 19.30. Acara dimulai dengan lancar, ramai, dan sangat akrab satu dengan yang lain. Banyak yang berpartisipasi dalam acara tersebut dan banyak yang bmemberikan pendapat serta saran dalam sarasehan dengan tema yang telah ditentukan. pada pukul 21.00 tepat acara sarasehan ditutup.

CATATAN SARASEHAN
Tema: Distribusi Film Ke Festival
Hari, tanggal: Jumat, 5 April 2013
Tempat: ArtFilmSchool Indonesia, Jl. Kaliurang KM 6,7 Sleman Yogyakarta, cp. 0274-881212
Peserta: 82 Orang
Moderator: Senoaji Julius
Acara dimulai tepat pukul 19.30 WIB

Acara dibuka oleh moderator Senoaji Julius, diawali dengan berdoa bersama. Mas Seno menjelaskan selama  10menit tentang acara sarasehan, yaitu acara ini diadakan sebagai tempatnya ajang berkumpul, bercengkrama, bersilaturahmi, saling bertukar pikiran para makers khususnya yang ada di Jogja yang disispi dengan diskusi yang tematik setiap bulannya. Untuk selanjutnya aca ini diadakan pada hari Jum’at di minggu pertama setiap bulannya. Acara diskusi dimulai pada pukul 19.00 dan berakhir tepat pada pukul 21.00, yang selanjutnya dilanjutkan dengan acara bebas oleh para makers.
Acara sarasehan bukanlah milik AFIS melainkan milik bersama, dan bisa dilaksanakan dimana saja.
Pembukaan tentang tema distribusi film ke festival. Mas Seno membuka pertanyaan untuk para movie maker

Apa  yang  akan dilakukan ketika film telah selesai dilaksanakan?
Arif Priyanto AMIKOM: mengupload lewat youtube dan promosi lewat facebook.
Rudi AMIKOM: karna media social itu milik umum, jadi ketika sudah diupload di media sosial maka sudah bukan sesuatu yang wah lagi. Yang ditontonakan menjadi  menurun atau tidak bagus.
Wahyu AMIKOM : upload ke media sosial itu tidak ada sarana untuk menerima komentar dan kritikan.

Setelah film dibuat bisa d upload kemediasosial, apakah itu sudah dapat memuaskan kalian??
NN AMIKOM : Tujuan membuat film menurut saya akan diikutan ke festival-festival, kalau upload itu menurut saya hanya sekedar trailernya saja.
NN UPN : kemarikita sudah beberapa kali bikin film pendek, sebagian dari film kita ada yang diikutin ke festival film di Malang.
NN UMBY : menurut saya,kita lihat dulu tujuannya mau kemana. Kalau film ini mau ditujukan ke festival ya wajar-wajar saja atau kalau mau diupload kemedia sosial. Kalau bisa sebelum screening itu jangan diupload kemedia sosial dulu, karna itu akan membuat penonton tidak tertarik lagi ketika diadakan acara screening.

Suka ngga film kalian ditonton banyak orang??
Bam’s AFIS : ditonton banyak orang itu bukan target utama juga untuk saya, tapi yang terpenting adalah pesan utama dari cerita itu haru ssampai ke penonton.

ISI bikin film, kalau ditonton 3 orang atau di Malioboro, pilih mana?
Ucy ISI : ditonton 3 orang

Apa Mercubuana sudah pernah bikin film? terus film itu mau diapakan?
Ulfa UMBY : awalnya kita mengikuti lomba-lomba synopsis, sejujurnya saya belum puas dengan hasil yang telah saya buat, jadi saya hanya mengadakan screening dkampus sendiri.

Apakah sudah memuaskan bagi kalian dengan cara mendistribusikan film kalian?
LA Light Indie Movie : kami mengajak temen-temen semua untuk berpartisipasi keacara LA light. LA light akan memberikan film tersebut keproduser karena kita memiliki banyak link produser. Pada intinya film itu bebas akan dibawa kemana, tujuannya tergantung kalian.
Uya MMTC : MMTC punya forum MMTC, film-film temen-temen biasanya  akan di upload, biasnya jugakan diputar di forum MMTC. Temen-temen lain juga boleh mengadakan acara screening di forum MMTC. (Jika ada yang ingin memutarkan filmnya bisa menghubungi uya)
Ucy ISI :biasanya sih buat tugas kuliah. Acara di ISI setelah pembuatan film akan discreening di kawasan kampus. Kadang juga mengikuti ke festival, ak pernah masukin film kefestival di Riau.
Dimuka bumi ini ada 370 festival film. Dari yang berbayar dan gratisan.

Film yang sudah jadi mau diapakan?
Heri ASEPTI: mempunyai pertanyaaan: sebenarnya kriteria  apa saja yang dijadikan sebuah film apresiatif dalam festival?
Bagas (orang festival): Membuat database dan memfasilitasi untuk para movie maker. Film bagus itu ya relative, membuat film yang simple-simple aja itu membuat juri tertarik.
Mas jihad: Saya bingung jika harus menjawab. Soalnya saya bisa membuat film yang terbaik. Mendistribusikan itu harus memiliki partner. Saya harus melaunching film saya dahulu sebelum sayalarikan ke festival,  dan menampung kritikan para penonton, karna itu sangat berguna untuk membangun kreatif yang lebih baik. Pada intinya yang terpenting adalah buatlah film yang terbaik maka itu akan menghasilkansesuatu yang terbaik juga.

Sahabat Gloria kalau bikin film itu di apain sih?
Sahabat Gloria: kami itu sanggar cantrik. Kami membuat memang model-model film anak, karena target kami ke anak-anak. Sebagai media pembelajaran dan pemutarannya di setiap sanggar. Jika ingin memutar film melalui kami maka bisa kami putar dengan sarat mendidik. Sebenarnya kami juga bingung setelah diputar disanggar-sanggar itu akan diapakan film-film ini?

Ada yang mau cerita lagi, apa yang akan dilakukan setelah film jadi?
Dyan AMIKOM: film harus mengandung pesan, gk Cuma sekedar diputar saja.

Mas jihad itu kalau bikin film dikemana in aja?
Jihad: film pertama “agenda 19”. Saya membuat film ya udah film aja yang penting bagus. Target saya dulu film itu bakal saya putar dimana-mana dan diikutkan festival. Awalnya saya tidak berfikir untuk mengikuti festival. Jika kita membuat film dengan sungguh-sungguh maka akan ada apresiasi yang bagus juga. Jadi bikin filmlah yang terbaik. Film itu tidak mentok difestival saja, ketika film itu di tonton maka akan menjadi kepuasan tersendiri.
Mulyan bertanya : yang penting kita membuat film yang bagus. Film yang bagus itu yang bagaimana dan yang bagus di distribusikan itu gimana?

Biasanya mas bogel kalau bikin film itu di apain?
Mas bogel: awal ketika saya membuat film itu akan dilarikan ke festival. Saya pernah mencoba berkolaborasi dengan musik independent, dengan menggandakannya dan menjualnya.
Jo (Gula Community): cara bagaimana film ini dapat di distribusikan, dengan menjadikan ticketing. Dengan mengopikan menjadi CD dan menjualnya. Film akan diroadshowkan dengan sekolah-sekolah dan kampus-kapus. Bekerja sama dengan investor, lalu mereka akan mendistribusikan secara online.

Gimana sih cara distribusi film dokumenter?
Mas Agus : Alhamdulilah film saya payu terus jadi saya tidak ada masalah tentang dstribusi. Biasanya saya larikan film saya kedinas-dinas.
Pandu (Pabrik Films): Sama dengan mas Jo (gula) dengan membuat ticketing. Jika untuk risetnya saya memang dengan melihat yang ada di youtube. Dengan langsung ke penontonnya tanpa harus buffering. Saat itu kami membuat pemutaran film d 9 kota. Memberikan film itu keorang yang memang bekerja di bidang distribusi film Indonesia atau luarnegri .Dan film itu tidak harus ke festival.

Usulan: Pertanyaan Heri (ASEPTI) bisa menjadi tema kita untuk bulan depan. Itu kalau teman-teman setuju?

Untuk anak-anak ISI dan AKINDO, film-film kalian itu mau di distribusikan seperti apa?
Ovi : Saya pribadi sih egois untuk konsumsi pribadi atau untuk berkarya aja.
Mas Seno: ketika film saya diputar d AFIS semua tertawa, dikampus ngantuk. Pemutaran film itu tergantung dengan tema filmnya. Saya mengingatkan untuk saling berkenalan.
Komentar Pandu (pabrik film): Pembuat film itu ada banyak dan bertambah banyak, dan distributor tidak bertambah, maka caranya memutarkan ditempat-tempat yang telah difasilitasi dikampus-kampus karna ada sebagian-sebagian kampus yang telah menawarkan.
Apa film kami boleh diputar di kampus kalian?
Heri: Apakah film panjang boleh diputar?
Sebagian kampus boleh dan sebagian hanya menerima film pendek.

Info :Di Indonesia untuk festival film dokumenter dan animasi masih kurang, yang banyak adalah film fiksi.

Beberapa tema usulan untuk Sarasehan bulan depan
Rudi: bikin film pake DSLR
Joe (Gula Community): budgeting produksi
Vote dilakukan secara online hingga bulan depan.

Acara sarasehan film dengan tema “Distribusi Film Ke Festival” ditutup pada jam 21.00 WIB.

Koran Sindo, 12 Maret 2013


Terimakasih Koran Sindo atas beritanya dan telah diberi kesempatan mengisi rubrik srikandi. Mengejar Impian....Let's do it!!!

Rabu, 20 Maret 2013

Tribun 11 Maret 2013


Terimakasih Tribun Jogja untuk beritanya. Semoga Jogja Movie corner dapat berjalan dengan baik kedepannya, terimakasih untuk teman-teman yang sudah bergabung dan untuk suamiku sebagai partner yang banyak membantu terwujudnya Jogja Movie Corner. yuukk...gabung!!!

Selasa, 19 Maret 2013

Jogja Movie Corner on news (Koran Sindo 6 Maret 2013)





Press Release

Launching dan Soialisasi Program Jogja Movie Corner

Kehadiran Jogja Movie Corner membawa warna baru bagi pembuat ataupun penikmat film yang berbasis komunitas di Yogyakarta. Vibula Harumanda sebgai penggagas program ini, menyatakan bahwa Jogja Movie Corner bertujuan sebagai ajang bertemu sekaligus wadah berdiskusi dan saling membangun antar komunitas film di Yogyakarta. Berawal dari sebuah ide sederhana untuk mengumpulkan berbagai komunitas film yang ada di Yogyakarta yang pada satu tahun terakhir ini kurang adanya wadah untuk mereka berkumpul. Dalam mewujudkan idenya Manda dibantu Rusdi Kurniawan telah melakukan persiapan dari akhir tahun lalu. Kesempatan menjadi salah satu pemenang dari ajang kompetisi Buka Mata Community Nescafe, membuat Manda mendapat dukungan dana untuk merealisasikan ide tersebut. Persiapan dan pematangan konsep selama 5 bulan, dapat terealisasi di awal Maret 2013 ini. Bentuk dari Jogja Movie Corner sendiri adalah ruang menonton dan berdiskusi. Ruang menonton ini diperuntukkan bagi siapapun yang ingin menggunakan ruang menonton yang ada di Jogja Movie Corner baik ruangan indoor yang dilengkapi dengan home theater ataupun outdoor yang dapat mencakup banyak massa. Berada satu area dengan Art Film School Jogja Movie Corner beralamatkan di Jl. Kaliurang km 6,7 BBXV/6. Jogja Movie Corner juga memfasilitasi alat-alat bagi komunitas film apabila memerlukannya untuk pemutaran yang mereka adakan di tempat-tempat tertentu. Baik Penggunaan alat ataupun ruang tidak dipungut biaya, hanya saja mereka yang menggunakan fasilitas tersebut dapat memberikan donasi sukarela untuk pengembangan Jogja Movie Corner. Dana yang terkumpul nanatinya akan kita gunakan untuk mensponsori film-film pendek yang akan di produksi oleh teman-teman komunitas film yang bertemakan edukasi. Selain itu Jogja Movie Corner juga bekerjasama dengan Art Film School untuk membantu dalam Penggunaan alat-alat produksi filmdan mentoring. Wujud dukungan tersebut diberikan melalui proses seleksi proposal film yang telah diajukan.
Jum’at 1 Maret 2013 telah dilaksanakan Launching dan sosisalisasi program Jogja Movie Corener. Selain itu diadakan pula sarasehan dengan tema “Para Distributor Film”. Acara berlangsung di halaman Art film School, berbagai komunitas membaur film membaur dalam acara tersebut. Tercatat 90 orang menhadiri acara tersebut. Mereka sangat antusisas akan hadirnya Jogja Movie Corner. Sarsehan yang menjadi agenda acara pada malam itu, menjadi ajang diskusi dan sharing akan kendala distribusi film yang telah mereka alami. Sarasehan akan menjadi agenda kegiatan rutin bulanan setiap Jum’at mingggu pertama, dengan tema-tema seputar dunia film. Jogja Movie Corner berharap dengan adanya wadah dan ruang yang dimiliki dapat mempersatukan berbagai komunitas tersebut. Selain itu Jogja Movie Corner dapat mereka gunakan sebagai ruang untuk menonton dan mendistribusikan film mereka agar ditonton oleh banyak orang dan dapat menjadi ruang diskusi untuk mengkritisi film meraka.

Senin, 04 Maret 2013

Harian Tribun Jogja Maret 2012

 
Terimakasih Tribun Jogja sudah menulis profilku dalam rubrik Smart Women, semoga wanita-wanita Indonesia terus maju dengan kegiatan dan nilai positif yang diperjuangkannya.